Jimmy S. Mudya
Di balik pohon belian
Duduk jongkok si itam
menepuk sana sini
tapi agas kian meneror
Mata melirik jalan setapak
Gemersik dedaunan kering gugur
Satu persatu terjatuh
Nafas si itam meluap
Legalah hasrat yang tadi membelit perut
Si itam berdiri
Kuning si langsat menggoda
Juntaian rambai menari di tepi bibir
Begitu pula bening si daging lengkeng
Si itam memanjat
Dahaganya di jawab alam
Hutan Kalimantan bersaksi
:akulah si raja hutan
Dua tiga tahun berganti
Perut si itam kembali mengkerut
Raganya kembali melaju
Terobos jalan yang hilang arah
Si itam duduk di tengah lapang
Bertengkar dengan kata-kata batin
Tunggul langsat bersaksi
Tunggul rambai menggabus
Lengkeng tinggal nama
Akar belian di sembah tunas masa lalu
Si itam gerah
Silau mentari kini melepuh di kulit
Suara mesin pembangunan terngiang
Dahan belian rapuh
Perkasanya membunuh langsat dan rambai tercinta
Oh si itam
Kakinya tertusuk duri-duri sawit
Tunas-tunas belian kebingungan menembus tanah
Darah merembes ke tanah
Mengusap hutan rimba yang hilang rasa
Hutan Kalimantan bersaksi
:Akulah si tumbal pembangunan
Si itam tak bisa sembunyi
Roda dua telah membelah nyawa
Tiada agas lagi
Orang lalu lalang memikul hasil alam
Langit cerah
Karena hutan kini adalah pokok palem
Langit cerah
Karena air telah tumpah di sungai-sungai
Langit cerah
Karena hujan telah menghanyutkan racun ke danau
Langit cerah
Melihat telur ikan tak menetas
Langit cerah
Langit cerah
Langit cerah
Terbakarlah keperkasaan Kalimantan
Si itam menangis
Si itam membeli langsat impor
Si itam sepi
Si itam membeli lengkeng impor
Si itam perih
Si itam mencari batang belian
Si itam menjadi tua
Mulutnya berbusa menyampaikan dongeng
Cucu cucu bertanya tentang belian
Pokok keras yang kini di ukir di luar negeri
Cucu cucu bertanya tentang arwana
Si itam lelah berdongeng
Lalu terbujur kaku bersama sejarah yang habis era-nya
Pontianak2612013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar