BAPAK TUA
Jimmy S. Mudya
bapak
mengapa rentamu masih di sana
hari ini kulihat baju hijau telah memudar
lubang derita meluas di pori-pori badanmu
lalat kerap menjadi sahabat
bapak
:di mana anakmu?
sudah berapa matahari yang telah kau hitung
berapa receh telah kau tadah
gurat pilu sedih melawan hidup yang mencekik
tergambar dalam sebutir donat anak pengasihan
bapak
jangankan untuk berumah
di negri sendiri kita masih ngontrak
haruskah aku mencekik lehermu, bapak?
aku geram melihatmu meminta-minta di pinggir jalan
menghitung jumlah pasir sumpah sumpah sang takdir
kau tak mungkin berlari
kau tua di pinggir jalan
hiruplah debu-debu hingga tuhan memanggilmu di surga
amin
Pontianak22102012
Jimmy S. Mudya
bapak
mengapa rentamu masih di sana
hari ini kulihat baju hijau telah memudar
lubang derita meluas di pori-pori badanmu
lalat kerap menjadi sahabat
bapak
:di mana anakmu?
sudah berapa matahari yang telah kau hitung
berapa receh telah kau tadah
gurat pilu sedih melawan hidup yang mencekik
tergambar dalam sebutir donat anak pengasihan
bapak
jangankan untuk berumah
di negri sendiri kita masih ngontrak
haruskah aku mencekik lehermu, bapak?
aku geram melihatmu meminta-minta di pinggir jalan
menghitung jumlah pasir sumpah sumpah sang takdir
kau tak mungkin berlari
kau tua di pinggir jalan
hiruplah debu-debu hingga tuhan memanggilmu di surga
amin
Pontianak22102012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar