Kamis, 26 Mei 2016

Republik Puisi

Republik Puisi
Jimmy S. Mudya

ini negaraku, republik puisi
aku punya banyak investor asing
kerana tanah airku subur dan kaya
ibu kota, provinsi, kabupaten, kecamatan, hingga desa
TK, SD, dan SMP gratis!

aku punya mentri pendidikan yang hebat
universitas yang produktif melahirkan tenaga guru terampil
tidak ada ujian skripsi!
ujian akhir dilewati dengan mengabdikan diri
sekolah dilubang semutpun tak mengeluh kekurangan guru
karena guruku bermental baja

SMA adalah tahapan seleksi jurusan
kimia, fisika, biologi pada jurusan IPA
ekonomi, akuntansi pada jurusan IPS
bahasa Inggris, Mandarin, pada jurusan bahasa asing
ilmu agama, sejarah, PMP, seni budaya, informatika, dan olah raga
adalah tongkat segala jurusan

ini negaraku, republik puisi
kelak tanah airku
pasti disegani

Pontianak, 25 Maret 2016 (15:55)

Rabu, 14 Agustus 2013

Kisah-kisah Malam

Kisah-kisah Malam


angin malam
sejuk menusuk tulang
jerit-jerit jangkrik menembus dinding
menantang suara gardu dan jerit knalpot di bundaran malam

angin malam
kau memelukku
membangkitkan bulu-bulu pundakku
eratlah aku pada kehangatan bantal guling
dalam balutan selimut bulu domba

rohku berkelana perlahan
dari satu titik menuju alam luar
duduk di atas lengkung bulan memetik dawai sasando
bait-bait puisi kerinduanku menyebut namamu
membaur dalam notasi yang di taburkan oleh asmara kita

aku menciummu
menghirup aroma-aroma bunga melati
bukan bunga mawar yang kau selipkan di sakuku kemarin lalu
atau ponten yang pernah kau lukis pada impian jalan
di atas kertas pendidikan pemerataan
ini melati
namun bait-baitmu tetap berkata
:itu mawar

oh angin malam yang tak punya rasa toleransi
aku tak suka meraba dan menerka
walau ku tahu adalah melati
aku tak mungkin menyiramimu dengan air kapuas
apalagi mengantarkan secangkir susu, sahabatmu
sebab pada saksi cahaya dan redupnya mentari
aku berjanji
:selama kapuas menjadi bencana. tak-kan setetes ku tuang pada dahagamu

Pontianak, 13 Agustus 2013

Soerat Tjinta Koe

Soerat Tjinta Koe

Malam telah dewasa
kisah silam menyapa
gadis kecil berwajah ayu
rambut berkepang tanpa lipstik

kutulis surat berkepala pantun
ucap rasa agar terasa
kunanti balas walau tanpa perangko
sang Ibu marah. Gadis manis ketakutan

Rindu membadai
harap pantun hadirkan cinta
gadis titipkan balas di pokok jambu
kubaca
kutersenyum
kucinta kamu
kau tersipu ragu
kitapun saling cinta

surat itu entah kemana
sejarah silam saat kujatuh cinta
tinggal aplop beraroma bunga
berlukis karikatur remaja yang sedang kasmaran

oh waktu
malam kian keluh
teknologi telah hapus surat cintaku
pokok jambupun telah menjadi tanah

:Cinta dalam surat berpantun dari Adinda

Pontianak, 17 April 2013

Untuk Apa Kita Di Sini

Untuk Apa Kita Di Sini
                                                :Pemuda

kau tahu?
untuk apa kita di sini?
kita di sini untuk siapa?

kita adalah titipan keringat
kita adalah titipan air mata
kita adalah darah yang dimiskinkan
mari saudara bertanya
untuk apa kita di sini?

lihat wajahmu, saudaraku
engkau mirip ibu pertiwi
engkau adalah bhineka tunggal ika
bukan pemuda penghianat
mari saudara bertanya
untuk apa kita di sini?

lihat sekitarmu
anak-anak jadi peminta-minta
paralansia berkeliaran jadi pengemis
mari saudara bertanya
untuk apa kita di sini?

buka mata saudara
anjing-anjing koruptor berkoloni di sana
ketidakberesan berkarya di mana-mana
mari saudara bertanya
untuk apa kita di sini?

langit telah menghitam
samudera telah mengirim peringatan
alam telah menunjukan kuasanya
sungai-sungai telah coklat
mari kita menjawab
untuk apa kita di sini?

Pontianak, 1 Agustus 2013

RAHASIA DI BATAS NEGARA

RAHASIA DI BATAS NEGARA


di batas mana ku sebut nusantara?
di batas kaya bagi pusaran negeri?
atau sebatas bagi orang-orang kota


adakah sang Merah Putih berjaya di tiang tertinggi?
atau tak satupun tiang menyanjung pusaka
mencakar langit di hari merdeka


di sini
langit mengaku nusantara
tanah tertancap bangkai gigih para pahlawan
pun tuan berdasi yang sok patriot bernasionalis berkata Indonesia
kobarkan rasa cinta tanah air


ah....bedebah
lihatlah saudaraku yang sakit parah
di tengah rimba mencari bendera dan sang garuda
rupiah dijadikan pesawat kertas oleh anak-anak
seharga empat butir gula-gula


anak-anak bahkan tak tahu siapa para wakil negeri
orang tua sibuk menerobos hutan mencari nafkah
tinggalkan negeri yang mengasingkannya
mimpi! hanya bermimpi
mendengar generasi melantunkan Indonesia Raya   
menerbangkan sang saka ke puncak tiang


merahku
putihku
masihkah aku di hatimu?



Pontianak, 13 Agustus 2013

PERMOHONAN

PERMOHONAN


sayang,

jangan kau taburi tubuhku dengan serbuk mawar
taburilah aku dengan benih padi
biar ku sampaikan sebagai warisan di masa tua


Pontianak, 13 Agustus 2013