Sabtu, 26 Januari 2013

KISAH DI KORAN PAGI


KISAH DI KORAN PAGI
(kisah manis parapengemis)

Jimmy S. Mudya

Duduk bersama rekan sejawat
Halaman pertama jadi upacara cangkir-cangkir
Kubaca kabar
para pengemis  di jaring petugas
tak asing kulihat rupa mereka di kertas berita

Gelegar tawa di warung kopi
Ada yang iba. Turut pula yang sinis
Menggerutulah hatiku mencari akar berita

Rahasia umum kembali terungkap
Kisah hijrah turis dari kota seberang
Di tampung paragembong manusia
Pekerjakan nasib sebagai peminta-minta

Katanya:
“parapenampung mengeruk seratus ribu rupiah setiap bulan”
Syukur pengemis:
“sehari kukeruk ratusan ribu”

Kutelan kopi yang hampir dingin
Perlahan otakku di rajam tanya
“Apakah salah parapengemis?”
“Apakah mereka paraparasit?”
“Bukankah mereka meminta pada yang memberi?”
“Bukankah hidup kita adalah berbagi?”
“Apakah nasip esok bila mereka pulang ke kota gersang?”

Sungguh
Betapa adil Tuhan
Ketika kekurangan menjadi keterampilan bersandiwara
Tak perlu berlatih menghafal naskah
Cukup menatap polos. Menepis malu
Berjalan dari pasar ke pasar
Warung kopi ke rumah makan
Pun kampus jadi lumbung laba
Katanya:
Kami punya jadwal lahan

Puisiku telanjang
Tak kutemukan kiblatnya
Risihku timpang pada kemanusiaan
Oleh masalah tanpa penyelesaian

“Pak, kita uber koruptor saja, ya”

Pontianak2612013

2 komentar:

  1. Sungguh malang nasibnya (para pengemis itu), dijajahi lalu ditindas dengan kerasnya hidup. Diabaikan oleh para koruptor demi pembangunan, hanya jerit tangis yang terus menggerutu ...............

    BalasHapus
    Balasan
    1. itulah jalan
      itulah waktu
      itulah takdir
      dalam nyata
      garis hidup adalah penentu nasib

      Hapus